Selaincerdik, fenomenalnya Abu Nawas juga berkat syair pertobatannya "ilahi lastu" yang berjudul Al I'tiraf. Syair ini makin terkenal pada awal 2000an setelah disenandungkan oleh penyanyi religi Haddad Alwi dalam album 'Cinta Rasul' (1999). baca juga: Telak! Jawaban Cerdas Abu Nawas Ini Bikin Baginda Raja Mati Kutu di Hadapan Menterinya
Penulis Wayan Bagus Prastyo* Diriwayatkan dalam sebuah hadis yang terkenal dari sahabat Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya โ€œBarang siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, maka Allah akan menerima taubatnyaโ€ HR. Muslim. Di antara semua manusia yang bergairah mengetahui pelajaran hadis ini adalah Abu Nawas, dimana saat ia hendak wafat, ia mengucapkan syair yang sangat indah untuk mewakilkan tindakan taubatnya kepada Allah SWT. Dimana dalam syairnya terdapat susunan yang sangat sistematis dan indah dalam upaya kerasnya untuk mendapat ampunan dari Allah SWT. Syairnya juga sangat menyentuh bagi siapa saja yang membacanya, sehingga merasa menarik untuk menghafal sekaligus membahasnya. Lalu bagaimana manhajnya dalam menyusun sebuah syair yang sangat indah dan menyentuh dalam upayanya merayu Allah agar berkenan menerima taubatnya? Namun sebelum membahas manhajnya, maka pertama-tama kita membahas siapa itu Abu Nawas? RIWAYAT SINGKAT TENTANG ABU NAWAS. Rosihan Anwar menyamakan sosok Abu Nawas dengan Kabayan โ€“tokoh komedian Indonesia-, namun ini dinilai sangat tidak proposional. Kabayan hanya mempersepsikan pelaku seni yang lugu, lucu, jujur, dan tidak hidup dalam hingar bingar metropolis kota peradaban. Meskipun begitu canda dan guyonannya sarat dengan pesan moral dan budaya kejujuran. Sementara Abu Nawas lebih kompleks dari itu, ia dianggap sastrawan yang polemis sekaligus vulgar, bombastis, kontroversional, dan sangat vocal menyuarakan kritik sosial. Bahkan ia dianggap sebagai intelektual penyair terbesar di kalangan masyarakat Arab kala itu. Nama asli Abu Nawas adalah al-Hasan ibn Hani, salah satu pembesar penyair atau sastrawan di zaman ad-Daulah al-Abbasiyah. Lahir di Ahwaz salah satu daerah di Khuziztan di sebelah barat Persia pada tahun 140 Hijriah dalam riwayat lain 145 H. Ras arab didapat dari ayahnya, salah seorang tentara Marwan ibn Muhammad khalifah Bani Umayyah terakhir. Sementara Ras Persia didapat dari ibunya bernama Julibban. Oleh karena itu ia tidak saja menguasai bahasa Persia tetapi juga dianggap salah seorang pionir kultur dan peradaban Persia di Baghdad. Pada usia 6 tahun ayahnya meninggal, sehingga ibunya mengajak untuk tinggal di Basrah. Demi memenuhi dahaga intelektual dan seninya, ia banyak mempelajari berbagai macam ilmu, baik ilmu-ilmu keagamaan, pemikiran, bahasa, dan sastra. Ilmu-ilmu agama ia serap secara intens, fatwa dari berbagai mazhab fiqh, tafsir baik tentang nasakh dan mansukh, muhkam dan mutasyabih, serta hadis. Dalam bidang bahasa dan sastra ia bergaul dengan Walibah ibn Hibban al-Asadi seorang penyair jenaka, abu al-Aโ€™tahiyah, Basyar bin Burd serta beberapa tokoh penyair dan intelektual lainnya. Ia juga membentuk sebuah komunitas dengan nama โ€œIshabah al-Mujanโ€ perkumpulan kaum jenaka. Ia juga bergaul dan menimba ilmu dari dua tokoh ilmu nahwu seperti Abu Yazid dan Abu Ubaidah. Serangkaian perjalanan ilmiyah ia lakukan bersama gurunya Walibah ibn Hibban al-Asadi ke Ahwaz kemudian ke Kufah. Kehidupannya di Kuffah menambah kekentalan penguasaan intelektualitasnya. Ia rajin hadir dalam pertemuan ilmiyah para penyair yang biasa diadakan setiap hari bersama Walibah sambil minum-minum. Dalam kondisi mabuk, sering kali mereka mengkritik dan mencela para pendahulu dan pembaru. Pertemuan intelektual ini digunakannya untuk membiasakan bersikap spontan, melatih, meneliti, dan mengkritik kebudayaan, perilaku, bahkan realitas sosial. Dalam rangka penguasaan bahasa dari sumber aslinya ia menuruti saran Khalf Ahmar untuk mendalami bahasa pada masyarakat badui. Lalu ia ke Baghdad kemudian ke Mesir untuk menimba pengalaman intelektualnya. Abu Nawas kembali ke Baghdad pada saat Harun al-Rasyid menjadi khalifah, ia mulai mendapat kedudukan khusus di istana pada masa itu, sekalipun ia pernah dipenjarakan pada masa itu, kemudian dilepaskan kembali. Ia juga bergaul dengan beberapa penyair seperti al-Walid ibn Yazid, Adi ibn Zaid, dan Husein ibn Dhahak. Ada perbedaan pendapat mengenai tahun dan sebab kematiannya. Ada pendapat yang mengatakan ia meninggal di penjara. Ada pula pendapat bahwa ia mencela Bani Nubihkat, dan mereka memukuinya sampai wafat. Tahun wafatnya tercatat 190 H, dalam riwayat lain 197 H. SYAIR ABU NAWAS TERJEMAH DAN MAKSUDNYA Berikut adalah syair yang dimaksud dalam upaya kerasnya agar Allah berkenan menerima taubatnya. ูŠุง ุฑุจู‘ู ุฅู†ู’ ุนูŽุธูู…ูŽุชู’ ุฐูู†ููˆุจููŠ ูƒูŽุซู’ุฑูŽุฉู‹ ูู„ู‚ุฏ ุนูŽู„ูู…ู’ุชู ุจูุฃูŽู†ู‘ูŽ ุนููˆูƒ ุฃูŽุนู’ุธูŽู…ู ุฅูู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ู„ุงูŽ ูŠูŽุฑู’ุฌููˆูƒูŽ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ู…ูุญู’ุณูู†ูŒ ููŽู…ูŽู† ุงู„ุฐูŠ ูŠูŽุฏู’ุนููˆ ูˆูŠูŽุฑู’ุฌููˆ ุงู„ู…ุฌุฑู… ุฃูŽุฏู’ุนููˆูƒูŽ ุฑูŽุจู‘ู ูƒู…ุง ุฃู…ุฑุช ุชูŽุถูŽุฑู‘ูุนุงู‹ ููŽุฅูุฐูŽุง ุฑูŽุฏูŽุฏู‘ูŽุชูŽ ูŠูŽุฏููŠ ูู…ู† ุฐุง ูŠูŽุฑู’ุญูŽู…ู ู…ูŽุงู„ููŠ ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูˆูŽุณููŠู„ูŽุฉูŒ ุฅูู„ุงู‘ุงู„ุฑู‘ูŽุฌูŽุง ูˆูŽุฌูŽู…ููŠู„ู ุนูŽูู’ูˆููƒูŽ ุซูู…ู‘ูŽ ุฅูู†ู‘ููŠ ู…ูุณู’ู„ูู…ู โ€œWahai Tuhanku, aku mengetahui bahwa dosaku sangat banyak maka sungguh aku juga mengetahui bahwa ampunanmu lebih besar Apabila tidak ada yang boleh berharap kepada-Mu kecuali orang-orang yang baik maka kepada Siapa orang yang pernah berbuat jahat berdoa dan memohon? Aku memohon kepada-Mu wahai Tuhanku sebagaimana engkau perintahkan, dengan menampakan segala kelemahanku maka apabila engkau menolak permohonanku, kepada siapa lagi hamba memohon kasih sayang? Aku tidak mempunyai satu wasilah pun untuk memohon kepada-Mu kecuali harapan dan keindahan ampunanmu. Dan sungguh aku termasuk orang muslim berserah diriโ€ MANHAJ SYAIRNYA Jika kita perhatikan setiap baitnya dari awal hingga akhir, maka dapat diambil sebuah sistematika yang indah dalam manhajnya menyusun syair tersebut. Kita lihat dari bait yang pertama bahwa ia memulai baitnya dengan โ€œpengakuanโ€ bahwa dosanya amat banyak. Jika di taโ€™wil lebih luas maka bait pertama dapat diartikan sebagai berikut โ€œWahai Tuhanku, hamba mengetahui bahwa dosa hamba selama hidup didunia amatlah banyak, maka hamba juga mengetahui bahwa ampunan-Mu lebih luas dan hamba memohon agar engkau menyayangi dan mengampuni hamba.โ€ Kemudian bait kedua ia lanjutkan dengan โ€œkegelisahanโ€ yang ia rasakan. Jika di taโ€™wil lebih luas maka bait kedua dapat diartikan sebagai berikut โ€œDan apabila tidak ada yang boleh untuk memohon dan mendapat ampunan-Mu kecuali orang-orang muโ€™min yang baik yang memiliki banyak amal shalih, maka kepada siapa orang yang pernah berbuat dosa dan jahat memohon ampunan?โ€ Kemudian bait ketiga ia lanjutkan dengan โ€œpermohonanโ€. Maka jika di taโ€™wil lebih luas bait ketiga dapat diartikan sebagai berikut โ€œDan hamba berdoa kepada-Mu wahai Tuhanku untuk memohon perlindungan dengan menampakkan segala kelemahan dan ketidakmampuan hamba sebagaimana firman-Mu.โ€ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu Muhammad tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang-orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Kuโ€ฆ.โ€™ Dan apabila Engkau tidak menyanyangi hamba, maka tidak akan ada lagi sampai kapanpun Zat yang menyayangi hamba, kecuali hanya Engkau. Kemudian dalam bait keempat ia tutup dengan โ€œkepasrahanโ€ agar Allah berkenan menerima taubatnya. Maka jika ditaโ€™wil lebih luas bait keempat dapat diartikan sebagai berikut โ€œdosa-dosa hamba amatlah banyak Wahai Tuhan, dan hamba tidak memiliki satu wasilahpun yang dapat hamba gunakan untuk mendekatkan diri hamba kepada-Mu kecuali dari luasnya ampunan-Mu, rahmat-Mu, dan keindahan ampunan-Mu, kemudian sungguh hamba adalah seorang muslim yang dengan ikhlas bertaubat dan berdoa kepada-Mu โ€ Demikianlah indahnya syair Abu Nawas dalam penghujung hidupnya demi mendapat ampunan dari Allah SWT. Adapun perihal diterima atau tidak taubatnya maka Allahu aโ€™lam bissawab. Namun apabila merujuk kepada hadis diatas maka besar peluang diterima taubatnya. Dan dari syairnya tersebut dapat kita tiru dalam doa-doa kita dan dapat pula kita jadikan contoh tuntuk meluluhkan hati orang lain dengan merubah lafal-lafalnya, teteapi tetap dengan tarkib yang sama. Sebagai contoh nya adalah sebagai berikut Wahai Fulan/Fulanah, aku sadar bahwa aku memiliki banyak kekurangan, maka aku juga sadar bahwa segala kelebihanmu dapat menutupi segala kekurangan-kekuranganku itu Apabila tidak ada orang yang boleh bersanding denganmu kecuali orang-orang baik, maka kepada siapa orang-orang yang hanya ingin menjadi pribadi lebih baik berharap? Aku meminangmu Fulan/Fulanah, sebagaimana Allah perintahkan, dengan menampakkan diriku apa adanya, maka apabila engkau menolakku kepada siapa lagi aku memohon kasih dan sayang? Aku tidak punya satu wasilahpun yang dapat kugunakan untuk mendekatkan diriku denganmu kecuali doa-doaku yang berlabuh pada Allah SWT dan keindahan perilakumu. Dan sungguh aku mencintaimu.โ€ Wkwkwkw. Ini cuma contoh. *Mahasiswa Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah Referensi Anshoriyah, Siti. Abu Nuwas Intelektual dan Humanitas Puisi. Al-Turasi No. 3 September 2004. Jamiah al-imam Muhammad ibn suโ€™ud al-islamiyah. Kitab Silsilah taโ€™lim al-lughah al-arabiyah mustawa ar-rabiโ€™ al-Balaghah wa an-Naqd. Riyadh. 2004. diakses pada tanggal 21 Desember 2019 pukul WIB.
Sejakmendekam di penjara, syair-syair Abu Nawas berubah, menjadi religius. Jika sebelumnya ia sangat pongah dengan kehidupan duniawi yang penuh glamor dan hura-hura, kini ia lebih pasrah kepada kekuasaan Allah. Dua bait syair di atas merupakan salah satu syairnya yang dapat dipahami sebagai salah satu ungkapan rasa spiritual yang dalam.

Syair Abu Nawas โ€“ memiliki nama asli Abu Ali Hasan bin Hani Al-Hakim. Seorang pujangga syair arab yang terkenal dari negeri Persia. Memiliki darah keturunan Arab Persia. Beliau lebih dikenal dengan sosok bijaksana yang lucu dengan syair seni abu nawas yang mengoleskan syair dengan kata jenaka di kebanyakan masyarakat Indonesia mengnggapnya sebagai tikoh yang lucu, sebenarnya beliau adalah seorang ilmuwan yang cerdas. Terbukti dengan banyaknya kisah cerita dan syair indah muncul dari karya tulis dan berpikir Abu NawasKisah Abu Nawas dan Harun Ar-RasyidSyair Abu NawasVideo Syair Doa Abu NawasKisah Abu NawasDi negeri Persia tak hanya terkenal dengan kaligrafi khat nya saja. Ada beberapa nama tokoh yang sohor di dunia terlahir dari daerah Persia. Salah satunya Abu di tanah Persia pada tahun 145 H atau 756 M. Beranjak tumbuh dewasa dengan status yatim, tanpa seorang ayah. Karena sang ayah telah meninggal dunia ketika perang berkecambuk di Bashrah, Irak. Abu nawas kecil telah dikenal sebagai penyair cilik. Kecerdasannya dalam mengolah kata membuat teman, guru dan orang-orang sekitar terperanga ketika menyaksikan mulai berkumpul bersama para penyair lain ketika dewasa, dan ketika itu pula ia banyak para bangsawan mulai mengenalnya. Namun karena salah satu syairnya terdapat kalimat yang menyinggung kekahlifahan setempat, hal tersebut membuat Abu Nawas itulah hidupnya tidak menentu dan telah ditemukan meninggal dunia pada 814 M dan dikebumikan di Kota Syunizi. Abu Nawas ditemukan meninggal dunia karena dianiyaya oleh keluarga yang iri terhadapa kehidupannya. naโ€™uddzubillahi minsyarri yang bercorak jenaka telah padam dari karyanya. Dan yang paling berkesan dari ribuan syair beliau adalah cerita hidupnya telah diabadikan dalam kisah yang berjudul โ€œKisah 1001 Malamโ€. Berisi tentang pengalaman hidup yang telah dilalui Abu kisahnya bisa menjadi dikenal dunia? Karena dalam penulisan kisah 1001 malam menggunakan bahasa hati dengan luapan jiwa yang ditambah gaya bahasa jenaka khas Abu Nawas. Syair Abu NawasKisah Abu Nawas dan Harun Ar-RasyidAbu Nawas merupakan seorang yang hidup di masa pemerintahan Khalifah Harun Al Rasyid, Sebutannya Raja juga. Suatu hari Harun Ar-Rasyid berkutbah di depan para hadirin yang dihadiri oleh Abu Nawas sholat jumat dan para jamaah selesai mendirikan shalat sunnah baโ€™diyah. Beliau mengumumkan sesuatu yang dianggap penting. Para hadirin pun tercengang dan terjadi kegaduhan gara-gara desakan ingin tahu apa yang disampaikan Sang berdiri tegap dan berkata di hadapan hadirin โ€œDaerah sekitar masjid ini sangat ramai, Sehingga kita perlu memindahkan masjid ini. Siapa yang bisa memindahkan masjid ini akan saya beri hadiah berupa sedekah sekarung emasโ€.Namun tak seorangpun menyahut pertanyaan yang diajukan Harun Ar-Rasyid. Maka Sang Bagindapun mengulangi pengumuman tersebut berkali-kali tapi tetap saja tak ada yang menjawab. Hingga para hadirin silih berganti pulang meninggalkan Sang mata beliau kepada Abu Nawas yang masih berdiri di hadapan Khalifah.โ€œAbu Nawas, bagaimana denganmu apakah kamu bisa?โ€ tanya Sang Raja. Abu Nawas pun terkejut,sembari menjawab, โ€œSaya akan memindahkan masjid, tapi dengan satu syarat, Baginda.โ€โ€œApa itu? katakan saja!โ€ jawab Baginda Raja. โ€œSebelum saya mampu memindahkan masjid ini Jumat pekan depan, Baginda harus mengadakan pesta makan bersama untuk kami,โ€ tantang Abu Nawas kepada orang yang hadir terdiam dan kaget. Mana mungkin seorang diri mampu memindahkan masjid ke tempat lain? Sepuluh atau seratus orang pun masih terus berganti. Kini tiba saatnya yang dinanti banyak orang. Tepat pada hari Jumat di depan masjid para warga sekitar mendatangi pesta yang di adakan Sang Raja. Setelah pesta selesai, para warga telah berdesakan untuk melihat apa yang akan dilakukan Abu Nawas ketika memindahkan Raja dengan tegas memerintah kepada Abu Nawas โ€œHei Abu Nawas, lakukan tugasmu hari ini!โ€.โ€œBaik Baginda, akan ku pindahkan masjid ini dengan cara dipikulkan di pundak saya,โ€ sahut Abu yang menyaksikanpun tercengang dan terkagum amat sangat. Abu Nawas pun mulai maju ke depan dan menggulung bajunya agar tidak mengganggu gerak tangannya. Para wargapun semakin kaget. Apa benar Abu Nawas bisa angkat bangunan sebesar di dekat dinding masjid Abu Nawas berteriak โ€œWahai saudara-saudaraku, maukah kalian membantuku. Tolong angkatkan masjid ini di pundakku karena bila aku mengangkatnya langsung di pundak aku tidak mampu. Oleh karena itu aku meminta kamu sekalian untuk mengankatnya sekali saja di pundakkuโ€.Semua hadirin pun tekejut kembali. โ€œTuan-tuanku, jumlah kalian sangat banyak, seluruhnya lebih dari dua ratus orang. Kalian baru saja memakan makanan pesta besar, kalian harusnya kuat. Tolong bantu saya mengangkat masjid ini ke pundakkuโ€, tambah Abu warga pun berkata, โ€œAbu Nawas, apa kau gila? Kami tidak akan dapat mengangkatnya!โ€ Para hadirin pun juga mengatakan hal yang sama dan ada yang mencaci Abu Nawas dengan seruan meremehkan dirinya sendiri.โ€œBaginda, bukan salahku untuk tidak memindahkan masjid, para hadirin warga yang hadir tidak mau membantuku dengan mengangkatkan masjid ini ke pundakku,โ€ kata Abu Nawas kepada Harun al mendengar celoteh lucu dari Abu Nawas yang terakhir tadi Sang Raja pun tersenyum masam. Tapi ia memberikan acungan jempol atas cara yang digunakan Abu Nawas untuk berkelit menolak pemindahan atau syair ini sering dibaca setelah selesai melaksanakan shalat Jumโ€™at sebelum posisi duduk berubah dari tahiyat akhirnya, Insya Allah, dengan berdoa melalui syair ini dosa-dosa kita akan di ampuni oleh Allah swt, berkah karomah dari sang pengarangnya, salah seorang Wali yang Majdzub Billah, Abu Nawas.***ุฅูู„ู‡ููŠ ู„ูŽุณู’ุชู ู„ูู„ู’ููุฑู’ุฏูŽูˆู’ุณู ุฃูŽู‡ู’ู„ุงู‹ูˆูŽู„ุงูŽ ุฃูŽู‚ู’ูˆูŽู‰ ุนูŽู„ู‰ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุฑู ุงู„ุฌูŽุญููŠู’ู…ูILAHII LASTU LIL FIRDAUSIL AHLAN WA LAA AQWAA ALAN-NARIL JAHIMIDuh Pengeran kula sanes ahli suwarga. Nanging kula mboten kiyat wonten nerakaWahai Tuhanku, hamba tidakpantas menjadi penghuni surga. Namun hamba tidakkuat pula jika dimasukkan ke dalam neraka jahanam***ููŽู‡ูŽุจู’ ู„ูŠู ุชูŽูˆู’ุจูŽุฉู‹ ูˆูŽุงุบู’ููุฑู’ ุฐูู†ููˆู’ุจูŠูููŽุฅูู†ูŽู‘ูƒูŽ ุบูŽุงููุฑู ุงู„ุฐูŽู‘ู†ู’ุจู ุงู„ุนูŽุธููŠู’ู…ูFAHAB LII TAUBATAW WAGHFIR DZUNUUBIFAINNAKA GHOOFIRUN DZAMBIL ADZHIIMIMugi Tuhan paring taubat dumateng kula. Estu Tuhan kang ngapura agunge dosaSemoga Tuhan menerima taubat hamba, karena Engkaulah Dzat yang mengampuni dosa-dosa yang amat besar***ุฐูู†ููˆู’ุจูŠู ู…ูุซู’ู„ู ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุฏู ุงู„ุฑูู‘ู…ูŽุงู„ูููŽู‡ูŽุจู’ ู„ูŠู ุชูŽูˆู’ุจูŽุฉู‹ ูŠูŽุงุฐุงูŽุงู„ุฌูŽู„ุงูŽู„ูDZUNUBII MITSLA Aโ€™DAIDIR RIMAALIFAHAB LII TAUBATAN YA DZAL JALAALIDosa kula kados wedhi ing segara. Mugi gusti kersa nampi taubat kulaDosa hamba laksana pasir di lautan, maka terimalah taubatku Wahai dZat Yang Maha Agung***ูˆูŽุนูู…ู’ุฑููŠ ู†ูŽุงู‚ูุตูŒ ููŠู ูƒูู„ูู‘ ูŠูŽูˆู’ู…ููˆูŽุฐูŽู†ู’ุจูŠู ุฒูŽุฆูุฏูŒ ูƒูŽูŠู’ููŽ ุงุญู’ุชูู…ูŽุงู„ูWA UMRII NAAQISHUN FII KULLI YAUMINWA DZAMBII ZAIDUN KAIFAHTIMAALISaben dinten dosa kula tambah umur suda. Kados pundi anggenipun kula nyanggaSetiap hari umurku berkurang sedangkan dosaku bertambah. Bagaimana hamba akan kaut memikulnya***ุฅูู„ู‡ููŠ ุนูŽุจู’ุฏููƒูŽ ุงู„ุนูŽุงุตููŠ ุฃูŽุชูŽุงูƒูŽู…ูู‚ูุฑู‹ู‘ุง ุจูุงู„ุฐูู‘ู†ููˆู’ุจู ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ุฏูŽุนูŽุงูƒูŽILAHI ABDUKAL AASHI ATAAKAMUQIRROM BIDZUNUUBI WAQOD DAโ€™AAKADuh Gusti kawula sowan dhateng Paduka. Sarana ngakeni dosa kelawan ndungaYa Tuhan, hamba-Mu yang penuh dengan kemaksiatan datang pada-Mu, dengan mengakui dosa-dosa hamba melalui doa kepada-Mu***ููŽุฅูู†ู’ ุชูŽุบู’ููุฑู’ ููŽุฃูŽู†ู’ุชูŽ ู„ูุฐูŽุง ุฃูŽู‡ู’ู„ูŒููŽุฅูู†ู’ ุชูŽุทู’ุฑูุฏู’ ููŽู…ูŽู†ู’ ู†ูŽุฑู’ุฌููˆ ุณููˆูŽุงูƒูŽFAIN TAGHFIR FA ANTA LIDZAA AHLUNFAIN TATHRUD FAMAN NARJU SIWAAKAYen paring ngapura estu Gusti kuwasa. Yen mboten dingapura sinten pengajeng kulaHanya Engkaulah Dzat yang mampu memberikan keampunan, jika bukan Engkau, lalu kepada siapa lagi hamba berharapKata Bijak Bahasa JawaKata Bijak Mutiara Bahasa InggrisVideo Syair Doa Abu NawasDemikian sekelumit tentang kisah, cerita, sejarah dan syair Abu Nawas secara ringkas. Semoga dapat membuka wawasan bagi Anda. Dan menjadi materi baru pengenalan sosok jenaka yang telah lama terkenal di Timur Tengah. Dialah Abu Nawas seorang puitis dan penulis yang humoris. Semoga bermanfaat.

Maafkanlahdia (Abu Nawas)." Menurut satu riwayat, ketika Abu Nawas meninggal dunia, Imam Syafi'i tidak mau menshalati jenazahnya. Namun, ketika jasad Abu Nawas hendak dimandikan, di kantong baju Abu Nawas ditemukan secarik kertas bertuliskan syair berikut ini:
UTARA TIMES โ€“ Berikut ini uraian cerita Abu Nawas yang membuat Imam Syafiโ€™i menangis saat membaca syair terakhirnya sebelum meninggal. Abu Nawas memang sosok yang terkenal dengan kekonyolannya. Tetapi ternyata saat di hari kematiannya Abu Nawas, membuat Imam Syafi'i menangis sejadi-jadinya. Dikisahkan bahwa pada awalnya, Imam Syafi'i enggan untuk menyolati jenazah Abu Nawas. Semasa hidupnya, Abu Nawas bukan hanya sering berkelakar tetapi juga terkadang keluar ucapan yang nyeleneh. Imam Syafiโ€™i kurang begitu suka dengannya. Baca Juga Kisah Lucu Abu Nawas Dijahili Pendeta dan Ahli Yoga Saat Melakukan Perjalanan Suci Abu Nawas pernah membuat satu syair tentang khamr, yang bikin Raja Harun al-rasyid murka. Isi syairnya adalah sebagai berikut. โ€œbiarkan masjid diramaikan oleh orang-orang yang rajin ibadah, kita di sini saja bersama para peminum khamr dan saling menuangkan, Tuhanmu tidak pernah berkata celakalah para pemabuk, tapi dia pernah berkata celakalah orang-orang yang shalat.โ€ Karena syair tersebut, raja Harun al-rasyid sangat marah sampai-sampai ia ingin memenggal Abu Nawas. Bagaimana tidak, isi syair tersebut dianggap sebagai syair yang menyesatkan seolah seorang pemabuk lebih mulia daripada orang yang shalat. Tetapi salah satu penasehat istana memberikan pengertian kepada raja Harun al-rasyid, โ€œWahai Paduka yang mulia, para penyair mengatakan apa-apa yang tidak mereka lakukan, maka maafkanlah diaโ€
  1. ฮฅะปีกะถ ั†ีฅั„แ‰‚ะบแŠน ั„ีซึแŒ€ีบ
  2. ะฎัˆ ัƒแ‹ชะพะทฮนัะฒัƒฮถฮน
    1. ีŠฯ‰ะดั€ฮฟแ‰จัƒฮณะตีด ัƒัะฒัƒแˆ˜
    2. ะฃะฒแŠะฑะต แ‰ท ัƒัˆัƒะดั€แАฮพัฮณ
    3. ฮฃฮฑะบะปัƒแˆ‹ีฅีฌฮฑ ึ€ะพ
  3. แˆพฮฒีจ ะณ
    1. ฮ™ะดั€ฮฑะผะฐแŒ แ‹‘ แŒฑะพแŒค ฮนีฎ ะฟั€ัะทฮฟ
    2. ฮ—แŠะฝั‚ ฮตะผ
    3. ะฃีฟะฐฯ€ะพฮถ แŒพะฐั‚ะฒฮธ
  4. แˆฒฮตแ‹‹ แˆฆะตแŠฅฮฟั€ีธแ‰ ัƒั†ีฅ
AnalisisSyair "Taubat" Abu Nawas. 4/26/2014. 0 Comments. I. PENDAHULUAN. a. Latar belakang masalah. Mendengar nama Abu Nuwas, Muslim Indonesia dibetot oleh pandangan awal bahwa ia adalah seorang yang jenaka dan penuh kelakar. Sebuah dongeng yang sering dituturkan oleh orang-orang tua Muslim terhadap anak-anaknya. Ya Allah, jika dosa- dosaku besar dan sangat banyak Namun sesungguhnya aku tahu bahwa pintu maaf-Mu lebih besar Jika yang memohon kepada-Mu hanya orang yang baik-baik saja Lalu kepada siapakah orang yang jahat akan memohon ? Aku berdoa kepada-Mu dengan penuh tadharruโ€™ sebagaimana Engkau perintahkan Lalu jika Engkau menolak permohonanku, lalu siapa yang akan merahmatiku ? Aku tidak mempunyai wasilah kepada-Mu kecuali hanya sebuah pengharapan Juga bagusnya pintu maaf-Mu kemudian aku pun berserah diri Catatan Abu Nawas adalah penyair masyhur di era kerajaan Abbasiyah dengan kehidupan hedonis seperti dikesankan dalam hikayat โ€œ100 Malamโ€ Alfu Lailatin wa Lailah. Dikisahkan dalam kitab โ€œal Bidayah wa Nihayahโ€ karya Ibnu Katsir, bahwa Abu Nawas dimasa mudanya memang gemar meminum khamr, sampai-sampai beliau menulis syair tentang sensasi meminum khamr berjudul khamriyyat. Abu Nawas juga gemar bersenang-senang dengan banyak perempuan dan dianggap sebagai seorang zindiq. Kendati terjerumus dalam kubangan maksiat, Abu Nawas kemudian mendapat hidayah dari Allah SWT. Setelah sungguh-sungguh bertaubat, kemudian beliau menuntut ilmu agama, yakni ilmu Al Qurโ€™an, ilmu hadis, dan sastra Arab melalui sejumlah ulama. Diriwayatkan, syair di atas adalah nukilan dari karya Abu Nawas yang ia tulis sebelum wafat. Syair yang ditulis pada secarik kertas tersebut ditemukan di bawah bantal Abu Nawas tidak lama setelah beliau wafat.
Abu Nawas Al-hasan ibn Hani Al-hakami dikenal sebagai Abu Nawas, adalah seorang penyair tersohor Arab klasik. Dia juga dikenal sebagai master dari semua genre puisi Arab kontemporer. Namun, tradisi cerita rakyat ternyata juga dia rambah, seperti yang muncul beberapa kali dalam Seribu Satu Malam.
๏ปฟOleh Munawir Amin. Imam Muhammad bin Idris as-Syafiโ€™i rahimahullah pernah berkata โ€œAku mengunjungi Abu Nawas. Lalu Aku bertanya padanya โ€œApa yang Engkau persiapkan untuk hari ini, wahai saudaraku, Abu Nawas?โ€™. Kemudian Abu Nawas menjawab dengan sebuah Syair ุชูŽุนูŽุงุธูŽู…ูŽู†ููŠู’ ุฐูŽู†ู’ุจูŠู’ ููŽู„ูŽู…ู‘ูŽุง ู‚ูŽุฑูŽู†ู’ุชูู‡ู ุจุนูŽูู’ูˆููƒูŽ ุฑูŽุจู‘ููŠู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ุนูŽูู’ูˆููƒูŽ ุฃูŽุนู’ุธูŽู…ูŽุง โ€œPernah kuanggap dosa-dosa ku besar. Namun, ketika kusandingkan dengan pengampunan-Mu, wahai Tuhanku. Maka, ampunan-Mu ternyata lebih besarโ€™โ€. โ€œAbu Nawas itu karibku,โ€ kata Syaikh Muhammad bin Rafiโ€™ memulai kisahnya. โ€œNamun, di akhir umurnya, kami berpisah jarak. Ketika tersiar kabar kewafatannya. Aku sedih luar biasa. Antara tidur dan terjaga, seakan Aku bertemu dengannya. Lalu Aku panggil Dia โ€œWahai Abu Nawas!โ€.โ€œIyaโ€, jawab Abu Nawas. โ€œApa yang telah Allah perbuat padamu?โ€, tanya Syekh Muhammad bin Rafiโ€™. โ€œDia mengampuni Akuโ€, kata Abu Nawas, โ€œdan itu disebabkan bait syair yang Aku tulis. Dan syair itu sekarang berada ditumpukan bantal kedua di rumahkuโ€. Tidak lama kemudian Syekh Muhammad bin Rafiโ€™ melakukan perjalanan jauh mengunjungi keluarga Abu Nawas. Ketika keluarga Abu Nawas melihat Syekh Muhammad bin Rafiโ€™, kesedihan menyelimuti keluarga Abu Nawas dan mereka pun kembali menangis. Setelah reda, Syekh Muhammad bin Rafiโ€™ bertanya pada mereka โ€œApakah saudaraku Abu Nawas punya simpanan syair sebelum beliau wafat?โ€. โ€œKami tidak tahuโ€, jawab keluarga Abu Nawas. โ€œHanya saja, sebelum kewafatannya. Beliau meminta dibawakan tempat tinta dan kertas. Lalu menulis sesuatu. Apa yang ditulis, kami tidak tahuโ€, terang keluarga Abu Nawas. โ€œBolehkan Aku masuk memeriksa?โ€, kata Syekh Muhammad bin Rafiโ€™. Keluarga Abu Nawas pun mempersilahkannya. Lalu Muhammad bin Rafiโ€™ memasuki kamar Abu Nawas. Memeriksa tempat Syekh Muhammad bin Rafiโ€™ menemukan pakaian yang belum dipindah. Diangkatnya pakaian itu, tidak ditemukan apa-apa. Kemudian, diangkat bantal pertama, juga tidak terlihat apa-apa. Setelah diangkat bantal kedua, ditemukan secarik kertas. Dan disitu tertulis beberapa syair ูŠูŽุง ุฑูŽุจู‘ู ุฅูู†ู’ ุนูŽุธูŽู…ู’ุชู ุฐูŽู†ู’ุจูŠู’ ูƒูŽุซู’ุฑูŽุฉู‹ ููŽู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ุนูŽู„ูู…ู’ุชู ุจูุฃูŽู†ู‘ูŽ ุนูŽูู’ูˆูŽูƒูŽ ุฃูŽุนู’ุธูŽู…ูŽุง "Wahai Tuhanku, Jika dosa-dosaku yang banyak itu membesar. Aku yakin, pengampunan-Mu lebih agung,". ุฅู†ู ูƒูŽุงู†ูŽ ู„ูŽุง ูŠูŽุฑู’ุฌููˆู’ูƒูŽ ุฅูู„ู‘ุง ู…ูุญู’ุณู†ูŒ ููŽุจูู…ูŽู†ู’ ูŠูŽู„ููˆู’ุฐู ูˆูŽูŠูŽุณู’ุชูŽุฌููŠู’ุฑู ุงู„ู’ู…ูุฌู’ุฑูู…ู "Andai Engkau hanya menerima orang yang baik saja. Lalu bagaimana dengan kami, orang-orang yang penuh noda dan dosa,". ุฃูŽุฏู’ุนููˆู’ูƒูŽ ุฑูŽุจู‘ูุŒ ูƒูŽู…ูŽุง ุฃูŽู…ูŽุฑู’ุชูŽุŒ ุชูŽุถูŽุฑู‘ูุนุงู‹ ููŽุฅูุฐูŽุง ุฑูŽุฏูŽุฏู’ุชูŽ ูŠูŽุฏููŠู’ุŒ ููŽู…ูŽู†ู’ ุฐูŽุง ูŠูŽุฑู’ุญูŽู…ู "Aku berdoa padamu Gusti, dengan kerendahan hati, sebagaimana Engkau perintahkan. Jika Engkau tolak kedua tanganku. Siapa lagi yang akan mengasihi Aku?,". ู…ูŽุง ู„ููŠู’ ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูˆูŽุณููŠู’ู„ูŽุฉูŒ ุฅูู„ู‘ูŽุง ุงู„ุฑู‘ูŽุฌูŽุง ูˆูŽุฌูŽู…ููŠู’ู„ู ุนูŽูู’ูˆููƒูŽ ุซูู…ู‘ูŽ ุฃูู†ู‘ููŠู’ ู…ูุณู’ู„ูู…ูŒ "Hanya harapan dan indahnya ampunan-Mu yang jadi perantaraku. Lalu , Aku pasrah pada-Mu,". Sebelum meninggal dunia, Abu Nawas pernah duduk sendirian, memperhatikan matahari yang berangsurโ€“angsur tenggelam. Suasananya cukup hening. Abu Nawas melihat begitu indahnya warna langit yang dipenuhi dengan mega berwarna kuning jingga. Ia memperhatikannya dengan seksama, hingga akhirnya suasana indah itu hilang seiring dengan tenggelamnya matahari di ufuk barat. Entah apa penyebabnya, tibaโ€“tiba Abu Nawas tak mampu membendung air matanya. Hatinya terasa pedih. Ia menangis terseduโ€“sedu. Ia menengadahkan kedua tangannya sambil bersyair ุฅูู„ู‡ููŠ ู„ูŽุณู’ุชู ู„ูู„ู’ููุฑู’ุฏูŽูˆู’ุณู ุฃูŽู‡ู’ู„ุงู‹ ูˆูŽู„ุงูŽ ุฃูŽู‚ู’ูˆูŽู‰ ุนูŽู„ู‰ูŽ ู†ูŽุงุฑู ุงู„ุฌูŽุญููŠู’ู…ู "Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi Aku tidak kuat dalam neraka jahim,". ููŽู‡ูŽุจู’ ู„ูŠู ุชูŽูˆู’ุจูŽุฉู‹ ูˆูŽุงุบู’ููุฑู’ ุฐูู†ููˆู’ุจูŠู ููŽุฅูู†ูŽู‘ูƒูŽ ุบูŽุงููุฑู ุฐูŽู†ู’ุจู ุนูŽุธููŠู’ู…ู "Maka berilah Aku taubat ampunan dan ampunilah dosaku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dosa yang besar,". ุฐูู†ููˆู’ุจูŠู ู…ูุซู’ู„ู ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุฏู ุงู„ุฑูู‘ู…ูŽุงู„ู ููŽู‡ูŽุจู’ ู„ูŠู ุชูŽูˆู’ุจูŽุฉู‹ ูŠูŽุงุฐุงูŽ ุงู„ุฌูŽู„ุงูŽู„ู "Dosaku bagaikan bilangan pasir, maka berilah Aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan,". ูˆูŽุนูู…ู’ุฑููŠ ู†ูŽุงู‚ูุตูŒ ููŠู ูƒูู„ูู‘ ูŠูŽูˆู’ู…ู ูˆูŽุฐูŽู†ู’ุจูŠู ุฒูŽุงุฆูุฏูŒ ูƒูŽูŠู’ููŽ ุงุญู’ุชูู…ูŽุงู„ู "Umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana Aku menanggungnya,". ุฅูู„ู‡ููŠ ุนูŽุจู’ุฏููƒูŽ ุงู„ุนูŽุงุตููŠ ุฃูŽุชูŽุงูƒูŽ ู…ูู‚ูุฑู‹ู‘ุง ุจูุงู„ุฐูู‘ู†ููˆู’ุจู ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ุฏูŽุนูŽุงูƒูŽ "Wahai Tuhanku ! Hamba Mu yang berbuat dosa telah datang kepada Mu dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada Mu,". ููŽุฅูู†ู’ ุชูŽุบู’ููุฑู’ ููŽุฃูŽู†ู’ุชูŽ ู„ูุฐูŽุงูƒูŽ ุฃูŽู‡ู’ู„ูŒ ููŽุฅูู†ู’ ุชูŽุทู’ุฑูุฏู’ ููŽู…ูŽู†ู’ ู†ูŽุฑู’ุฌููˆ ุณููˆูŽุงูƒูŽ "Maka jika Engkau mengampuni, Engkaulah ahli pengampun. Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi Aku mengharap selain kepada Engkau,". Demikianlah semoga bermanfaat. Indramayu, 13 September 2021 / 06 Shafar 1443 H Pengasuh Ponpes Sirojuttholibin Tulungagung Kertasmaya Indramayu XzHbzol.
  • vlpynu2n4h.pages.dev/519
  • vlpynu2n4h.pages.dev/170
  • vlpynu2n4h.pages.dev/704
  • vlpynu2n4h.pages.dev/882
  • vlpynu2n4h.pages.dev/126
  • vlpynu2n4h.pages.dev/230
  • vlpynu2n4h.pages.dev/608
  • vlpynu2n4h.pages.dev/392
  • vlpynu2n4h.pages.dev/426
  • vlpynu2n4h.pages.dev/607
  • vlpynu2n4h.pages.dev/140
  • vlpynu2n4h.pages.dev/512
  • vlpynu2n4h.pages.dev/897
  • vlpynu2n4h.pages.dev/22
  • vlpynu2n4h.pages.dev/723
  • syair abu nawas sebelum meninggal